HOT..!!

abg

nikmatnya penisku dipijat-pijat empot liang vagina dan pantatnya

Aku menyalakan keran air, mengalirkan air hangat ke dalam bath-tub sementara dia mengambil sebotol cairan dari dalam lemari di kamar mandi yang ternyata menghasilkan busa saat dituangkan ke dalam air. Sambil menunggu air penuh kami mulai saling mencium. Aku duduk di toilet sementara dia aku pangku menghadapku. Aku merangkul pinggangnya dan mulai menariknya agar semakin dekat ke bibirku. Saat vaginanya menyentuh penisku punggungnya tiba-tiba melengkung ke belakang dan kepalanya mendongak ke belakang yang membuat kedua payudaranya yang indah semakin besar dan condong ke mukaku. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Mulutku langsung menciumi payudaranya, mula-mula yang sebelah kanan. Dia mengerang semakin keras. Lidahku kupermainkan disekitar pentilnya tanpa menyentuh pentilnya tersebut. Tangan kananku mulai naik meraba pinggangnya naik sampai ke pangkal payudara kirinya. Dengan hanya gerakan ujung jari aku membuat gerakan memijit bergerak ke arah puncak payudaranya. Lidahku masih mempermainkan daerah sekitar pentil kanannya. Tangan kananku sekarang sudah mencapai lingkaran luar pentil buah dadanya. Dengan gerakan serentak antara jari dan lidah aku menjentik puting susunya dan mulai memijit kedua putingnya dengan intens. Dia menggeliat-geliat tidak tahan. Rintihan kenikmatannya membuatku semakin liar. Dengan cepat aku mengulum bibirnya yang tipis dan mulai memainkan lidahku didalamnya. Lidahku menyapu setiap centi dari rongga mulutnya dan kemudian lidah kami bertemu dan mulai saling mematuk, saling berpagut dan saling menampar. Aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur yang tentu saja secara otomatis penisku mengenai bibir luar vaginanya. Dia berteriak dan mulai membanting dirinya ke belakang. Telapak kakiku terasa basah, rupanya air bath-tub telah penuh. Aku membiarkannya menikmati sensasi tadi sampai selesai dan memintanya untuk berdiri. Dengan setengah merajuk dia berdiri. Aku mematikan keran dan menuntunnya masuk ke shower. Sebelumnya aku sempat mengambil sebotol kecil sabun cair dari lemari. Di dalam boks kecil itu kami mulai saling menyabuni tubuh. Dia mengambil inisiatif pertama untuk meyabuni tubuhku. Dituangkannya sabun cair ke seluruh tubuhku lalu dia jongkok dan mulai menggosok-gosokan tangannya ke kakiku. Aku tak menduga, ternyata kaki cukup sensitif juga bila disentuh kaum hawa. Selesai menyabuni betis dia menaikan tangannya ke pahaku. Dia bermain-main cukup lama di paha bagian dalamku sambil matanya menatap mataku yang setengah terpejam. Penisku mulai menegak kembali. Melihat hal ini dia lalu mulai menggosok-gosok kepala penisku dengan gerakan yang teramat pelan. Ketika aku membuka mata untuk melihat apa yang sebenarnya dia lakukan kusaksikan dia memegang batang kemaluanku dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya mengusap-usap kantung pelirku dan mulai menjulurkan lidahnya dengan pelan menuju kepala kemaluanku. Aku terpejam untuk menikmati sensasi itu lebih dalam. Lama aku menungggu tetapi lidahnya tidak pernah sampai ke kepala penisku. Aku membuka mataku dan mendapati lidahnya tengah 'menari-nari' sekian milimeter dari penisku. Sambil tersenyum dia melirikku dan berkata, "Udah kena sabun Lou, pahit.." Dia lalu memelukku dan merapatkan tubuhnya dengan tubuhku. Kurasakan kedua payudaranya yang kenyal menekan pahaku. Dia lalu mulai bergerak naik sambil tetap mendekapku. Aku tersentak dan merintih saat merasakan kenikmatan luar biasa merasuki ku ketika payudaranya menyentuh dan menggesek penisku dengan amat pelan. Dalam posisi demikian dia menggerakkan tubuhnya naik-turun sementara aku terpejam dan mendesah. Tidak lama kemudian dia menjauh dah menggunakan puting susunya untuk memainkan kemaluanku yang sudah mengeras. Aku benar-benar tidak tahan. Dengan gemas aku mengangkat dirinya dan mulai menciumi mulutnya. Setelah puas aku lalu menciumi lehernya sementara dia terpejam dan mendongak memberi jalan untuk lidahku. Tangannya menggenggam kemaluanku dan mulai menggerakkannya maju-mundur. Aku mendesah berkali-kali mengikuti ritme tangannya. Secara reflek aku menggerakkan tanganku ke liang kemaluannya dan mulai menggesek-gesekkan jariku di luar vaginanya. Kami medesah bersahut-sahutan. Pinggulku mulai bergerak mengikuti gerakan tangannya sementara dia juga mulai menggerakkan pinggulnya. Aku menyentil-nyentil pelan klitorisnya dan sebagai akibat kenikmatan yang kuberikan gerakan tangannya mengocok kemaluanku semakin cepat. Kami masih terus mendesah. Aku menggerakkan wajahku mendekat ke wajahnya dan mencari bibirnya dalam keadaan terpejam. Kami lalu saling berciuman sementara tangan kami masih terus melakukan gerakan ritmis tersebut. Pelan-pelan kumasukkan jari telunjukku ke dalam liang vaginanya. Dia mencoba melepaskan mulutnya untuk meneriakkan teriakan kenikmatan, tetapi aku menekankan bibirku kuat-kuat sambil terus mengulum lidahnya. Dia hanya bisa menggelinjang. Ketika aku merasakan penisku hampir mencapai klimaksnya aku menekankan diriku ke tubuhnya untuk menghentikan gerakannya dan bertanya apakah dia sudah hampir klimaks. Dia mengangguk. Maka aku menarik diriku untuk memberikan keleluasaan bagi tangannya untuk kembali melakukan masturbasi terhadap penisku. Jari telunjukku bertambah cepat gerakannya di dalam sana. Aku memposisikan jariku sedemikian rupa sehingga jari telunjuk dan jari jempol membentuk pistol sehingga setiap jari telunjukku masuk, ujung jari jempolku mengenai klitorisnya. Setiap kali hal ini terjadi dia mengejang hebat dan menghentikan gerakan tangannya. Pada akhirnya (setelah hal ini berlangsung beberapa kali) dia mulai bisa mengendalikan tangannya dan menggerakkannya maju-mundur lebih cepat setiap kali klitorisnya tersentuh. Setelah 7 atau 8 kali tiba-tiba dia mengejang hebat setiap lonjakan tubuhnya disusul lonjakan lainnya secara cepat. Dengan susah payah aku mengeluarkan jari telunjukku dan menggantikannya dengan penisku. Saat aku memulai penetrasi dia menggelinjang dan berteriak keras sekali, mungkin dia klimaks berturut-turut. Nafas kami memburu saling mengejar. Ketika akhirnya aku berhasil memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya aku masih merasakan penisku dipijat-pijat. Luar biasa... dia klimaks sampai selama ini. Langsung saja aku menggerakkan tubuhku maju mundur sementara tanganku menopang tubuhnya yang masih tegang. Dia masih terus mendesah. Sepertinya klimaksnya sudah reda tapi dia mulai menikmati gerakan penisku. Aku menggerakkan tubuhku maju-mundur sementara aku mulai menciumi payudaranya. Ku jilati seluruh tubuhnya. Dia mendesah semakin keras. Ketika aku sudah hampir keluar tiba-tiba tubuh Priscill kembali menggelinjang dan dinding vaginanya kembali berkontraksi. Aku tidak mempercepat gerakanku melainkan tetap menjaga ritme yang sudah terbentuk. Dia menggeliat, membanting dirinya ke kiri dan ke kanan dalam pelukanku. Tidak tahan oleh pijatan dinding vaginanya aku ejakulasi di dalam. Spermaku bercampur cairan vaginanya tumpah keluar banyak sekali membasahi perut dan tubuh kami. Aku tidak mencabut penisku sampai kami berdua tenang kembali. Aku bersandar di dinding shower sementara dia bersandar ke tubuhku. Kami berdua terpejam cukup lama, bermandikan peluh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar